“Kanna lihat lah! Anak itu berulah lagi di atas titian tali!” teriak Wanda sambil menarik-nari ujung sweater Kanna. Kanna yang sedang membaca novel tebal hanya menanggapi dengan lirikan. “Lihat lah! Berhenti membaca!” Wanda menarik buku ditangan Kanna. Terpaksa Kanna harus melihat kearah Wanda menunjuk. Dilihatnya seorang anak lelaki berjalan dengan berani di atas titian tali, bersama kucing hitam berbuntut panjang. Sangat aneh.
“Kucing ekor panjang?” tanya Kanna menyelidik. Ia pernah mendengar seseorang berkata tentang kucing ekor panjang yang sering berkeliaran akhir-akhir ini. Ia lupa.
“Iya, aneh ya. Selain itu anak lelaki itu membawa balon. Kita tidak akan tau corak pada balon itu jika kita tidak mendekat, ‘kan?” Wanda bersiap menarik tangan Kanna untuk pergi.
“Eits, tunggu sebentar. Hal itu tidak terlalu penting, bukan? Kita tidak perlu tau. Biarkanlah para mantri itu yang melihat pertanda.” ucap Kanna. Sebenarnya ia memang tak ingin pergi kemanapun. Rasanya hari ini energinya terkuras habis setelah mengajarkan anak-anak kota Pagnon menanam tanaman Borore.
Wanda yang mendengar kalimat Kanna menjadi cemberut. “Sekali saja Kanna. Setidaknya kita akan tau lebih awal daripada yang lain.” Kanna tetap menggeleng dan mengulang kata “tidak”.
Wanda semakin cemberut. Ia menatap kearah titian tali. Anak lelaki itu masih berjalan dititian dengan hati-hati. Kucing ekor panjang dibelakangnya mengikuti tanpa takut terjatuh. Balon digenggaman anak itu bergoyang-goyang turun naik. Wanda benar-benar penasaran dengan corak pada balon itu. Sinar bulan yang terang membuat semua warna terlihat hitam.
Kanna yang melihat Wanda berekspresi penuh rasa penasaran itu memiliki ide. “Wanda, bagaimana jika aku menggunakan teropong untuk melihat corak pada balon dan kau bisa membaca pertanda yang dibawa. Bagaimana?” tawar Kanna ia bersiap mengeluarkan teropong dari balik topi rajut yang dipakainya.
Wanda hanya cemberut. “Cahaya bulan menghalangi semua warna. Apakah bisa?” Wanda ragu dan kembali menatap anak lelaki yang sudah mencapai setengah perjalanan.
“Teropongku ini bukan model kuno,” ucap Kanna agak tersinggung.
“Baiklah… baiklah…,” Wanda menganggukkan kepalanya dan bersiap.
Kanna mengeluarkan teropong besar dari balik topi rajut ajaibnya. Seketika pemandangan dari teropong tampak jelas. Kanna bisa melihat corak pada balon bahkan warna kucing yang ia kira hitam.
“Corak seperti apa? Katakan dengan jelas padaku,” pinta Wanda yang sekarang bersiap menggambar diatas kertas ajaib miliknya.
Kanna memperhatikan corak balon secara detail. “Oke, aku dapat. Balonnya lonjong seperti pada umumnya, talinya berwarna coklat. Corak pada balon tersebut adalah bulatan dengan bintang didalamnya. Warna balon merah, warna bulatan hijau dan warna bintang kuning.” Wanda menganggukkan kepalanya dan mulai menggambar.
“Sudah?” tanya Kanna sebelum melepaskan sebelah matanya dari teropong.
“Aku tidak dapat apapun,” ucap Wanda dengan wajah murung.
#NulisRandom2015
#day18
1 Ramadhan 1436 H
18 Juni 2015
11:38 am
========================
Curhat Penulis
Kalau lihat oranglain gambar kok rasanya gampang bener :”D segampang yang ngomennya ~ ahahaha~
Tapi kalau sudah coba gambar sendiri itu hmmm… hmmm…
Saat membaca Barore, aku nggak bisa membayangkan gimana bentuknya .___.
sekarang giliran penjual balon yang ngomen hadeuh ~
borore… it’s kind of… you know.. errr… *speechless* can’t describe it :”)
Mungkin 2 kata ini cukup mendeskrispikan barore…
“Teuing lah”.
hmmm… maybe~
Gantung
hmmm…