Feeds:
Pos
Komentar

Archive for Januari, 2015

Sekedar Curhatan

Yup, sekedar curhatan. Rasanya saya ingin mengurangi curhatan saya di wordpress ini. Well, there’re some reasons anyway πŸ™‚ jadi kedepannya saya ingin membagikan cerita pendek yang saya buat sendiri. Jika menarik mungkin saya akan menulis cerita pendek berdasarkan apa yang baru saya alami heheee ~ :3 Semoga tulisan saya kelak bisa diminati banyak orang meski terkadang susunan kata tidak begitu sesuai dan kurang nikmat untuk dibaca. Suatu saat, saya berharap penulis baru seperti saya ini bisa membuat sebuah buku penuh inspirasi dan di nikmati. Inshaa Allah. Doakan saya πŸ™‚ Karena dari akun wordpress inilah jejak pertama saya labuhkan. Meski pembaca kebanyakan hanyalah silent reader dan teman terdekat. Jarang sekali mereka meninggalkan komentar πŸ™‚ Somehow, I’ll do my best. Strive to do my best on writing stories. Wish me luck! πŸ˜€ GO GO GO!

Read Full Post »

Bit of Life

Aku ingin menarik tali itu. Tapi rantai ini mengekangku. Ingin aku naik ke atas meniti tali. Yang lain sudah naik ke atas. Aku tertinggal. Akupun bingung… Apa yang harus aku lakukan? Padahal aku yakin sanggup. Ada seberkas cahaya di atas kepalaku. Wajah yang bersinar menyembul, tersenyum ke arahku yang tengah putus asa. Tangannya terulur kebawah, dia bilang “Ayo kau bisa!”.Tapi ku jawab dengan rintikan air mata. Dia bilang “Ayo naik. Ada kebahagiaan disini!” Tapi kujawab dengan rintihan. Aku ingin naik, sangat ingin. Tetapi rantai ini selalu menarikku kembali. “Pergilah,” kataku pasrah sambil menahan tangis. Tangis kepedihan. Dia tetap bergeming diatas sana, sambil mengulurkan tangannya. “Tidak sampai kau bisa!” dia tetap tersenyum. Senyuman tulus yang meyakinkanku untuk tetap berusaha, untuk tetap hidup, dan tetap menggapai sepercik harapan. Juga setetes kebahagiaan.
“Yakinlah kau bisa. Kau sanggup”. dia terus meyakinkan aku ditengah keterpurukanku. “Ya, aku bisa, aku sanggup” jawabku, lalu menghapus air mataku. Dengan menahan perih yang sangat pedih karena rantai. Aku tetap berusaha. Menggapai tangan kokoh nan kuat. Tangan milik seseorang yang terus berteriak “Ayo, aku yakin kau bisa, aku yakin.” Terus dan terus aku berjuang menahan sedihku, menahan sakitku. Dan juga menahan pedih yang tak terkira. “Tenanglah, sabarlah. Pedih itu hanyalah sementara. Tak akan abadi. Tapi kebahagiaan ini akan abadi selamanya. Aku yakin, aku tetap yakin kau bisa.” dia menyemangatiku. “Aku tak sanggup. Aku menyerah.” aku tak mencoba meraih tangan itu lagi. Aku berjalan mundur. Sambil menangis, melihat kakiku berlumuran darah. Darah segar yang keluar dari kaki kurus kecilku. “Ya, aku yakin kau bisa. aku yakin.” dia tersenyum sambil menangis. Airmatanya menitik jatuh ke wajahku. Dia yang diatas sana yakin aku bisa. Tapi aku, aku dengan bodohnya cepat menyerah. Padahal tangan yang kuat itu jelas-jelas ingin membantuku. Hanya aku, hanya aku, untuk aku. “Raihlah tanganku dengan segenap kemampuanmu. Raihlah tanganku dengan Asamu. Raihlah tanganku dengan manahan pedihmu. Raihlah tanganku walau kau akan tetap jatuh.”. Aku membuka mataku. Dan mencoba lagi, terus mencoba gapai tangan menuju kebahagiaan. Aku berhasil menyentuh jemarinya. Terasa sakit dipergelangan kakiku. Luka ini begitu perih. Tapi aku tetap berusaha tegar, dan kuat. Akhirnya dapat ku raih kebahagiaan itu. Rantai mengekangku ternyata rapuh. Dia yang diatas menarikku. Bebas! aku dapat pergi ke arah cahaya datang. Aku dapat melihat sang penolong yang tersenyum ke arahku, penuh peluh pengorbanan, agar aku bebas dari kegelapan dan dari rantai keputusasaan.

—————————-
tulisan lama yang ditemukan tadi siang
harta karun yang masih tersimpan :”)
sudah lama tidak melahirkan tulisan yang memiliki jiwa
mungkin hanya paksaan saja dari semua yang lainnya
harapan masih ada
untuk meluncurkan beberapa ide yang sebenarnya tertanam
terlalu banyak hal yang ingin dilakukan
hingga akhirnya membuat berdiam diri saja *hiks
kembali lah
diri yang haus untuk menggoreskan pena
diatas kertas manapun yang kau temukan

Read Full Post »