“Kau sedang apa, Baen?” Naul tiba-tiba masuk tanpa mengetuk pintu kamar Baen. Meletakkan tas dan mengarahkan pandangannya pada komputer Baen.
“Seperti yang kau lihat, mengerjakan tugasku,” jawab Baen kemudian kembali menggambar dengan pen tablet-nya. Dirinya sudah biasa dengan kedatangan Naul yang tak pernah ia kira, ia juga terbiasa pada Naul yang seringkali mengganggunya dengan banyak pertanyaan.
“Masih dengan tugas yang sama?” Naul agak tertawa mengejek. Dilihatnya gambar animasi Baen yang bergerak agak timpang. “Jalannya agak pincang,” komentar Naul.
“Iya aku tau, aku salah memperhitungkan gerakan kakinya. Aku diceramahi dan harus mengerjakannya kembali dari awal,” curhat Baen, ia menghela nafas.
“Sudahlah, kota ini tidak butuh banyak animator,” ucap Naul seenaknya. Tanpa izin, Naul meminum jus jeruk dari gelas Baen.
“Ya, ya…” Baen tidak menanggapinya terlalu serius.
Baen yakin, Naul akan mulai menceritakan hal yang sama hari ini. Sama seperti kemarin lusa, sama seperti kemarin. Cerita Naul akan tetap sama.
“Kota ini lebih membutuhkan orang-orang yang peka terhadap hidden organization. Andaikan pemerintah kota ini menyadarinya,” Naul meletakkan gelas kembali ke tempatnya dan mengambil kursi lalu duduk di samping Baen yang bertopang dagu. “Kau juga tau sendiri. Dari 7 universitas di kota ini, hampir 70% merupakan jurusan yang mengarahkan mahasiswanya menjadi animator dan bekerja pada perusahan X maupun XX atau XXX atau XXXX atau sejenis itu,” kata Naul.
Baen menghela nafas lagi, dalam hatinya ia berkata, benarkan, Naul mulai lagi menceritakan hal yang sama.
Naul merupakan sepupu Baen. Ia tinggal bertetangga. Sejak kecil mereka selalu bermain bersama. Baen mengetahui kegemaran Naul, begitu pun sebaliknya. Tapi, entah mengapa. Naul mulai berpindah haluan dari hobinya merakit robot. Naul lebih suka menonton film dan membaca buku untuk menyelidiki organisasi rahasia. Baen sebenarnya tidak terlalu percaya akan adanya organisasi rahasia yang dibicarakan oleh Naul. Namun, Naul selalu membawa bukti yang kuat. Semakin lama, Baen terbawa suasana. Ia meyakini sebuah perusahaan pembuat animasi terbesar dunia bergabung dengan sebuah organisasi rahasia yang terlarang. Tidak hanya pada sektor hiburan animasi, organisasi rahasia itu telah merambah pada sektor hiburan drama, iklan, film, bahkan sampai industri musik. Meski Baen pada akhirnya mempercayai kekuatan organisasi rahasia, ia masih berpikir rasional bahwa dirinya hanya seorang mahasiswa yang tidak bisa melakukan apapun untuk menjatuhkan organisasi rahasia tersebut.
Organisasi rahasia. Hanya segelintir orang yang mengetahui kebejatan organisasi tersebut. Dari seluruh proyek yang dibuat, mereka menyelipkan kehancuran bagi negara yang dipijaknya. Mereka tak segan menunjukkan bahwa mereka menganut paham yang nyeleneh. Mereka juga disebut sebagai pemuja makhluk tak nampak yang mereka namakan Mavcam. Baen tidak mengerti sepenuhnya tentang organisasi rahasia itu. Namun pada situs bernama Cylinder ia menemukan banyak video bukti adanya organisasi rahasia yang berbahaya.
“Oh iya, Baen. Kau lihat iklan drama Great Mother Dann?”
Baen berpikir keras, “oh, iya aku melihatnya sekilas.”
“Apakah kau menyadari keganjilannya?” tanya Naul menyelidik.
Baen menghela nafas lagi, “aku hanya melihatnya sekilas Naul, artinya aku tidak menyadari keganjilan apapun. Aku hanya membaca judul dramanya dan hanya ingat lagu pengiringnya saja.”
Naul memukul meja komputer dengan keras, “nah! Kau ingat bagaimana nada lagu pengiringnya?”
Baen mengangguk. Dirinya terganggu lagi. Namun, Baen harus tetap menggambar dan menyelesaikan animasinya hari ini. Besok adalah deadline.
“Pada lagu pengiringnya ada nada seperti ini?” Naul menggenggam handphone nya dan menyalakan sebuah lagu.
“Hmm, hampir mirip,”
“Benar? Selain adanya pattern yang sama dalam cerita. Organisasi rahasia memunculkan dirinya lewat nada lagu yang sama di tiap proyeknya,” ucap Naul serius. Ia menggeserkan kursi berodanya dan mengambil laptop dari dalam tasnya. “Aku memiliki beberapa bukti adanya pattern yang sama, kemungkinan bisa memperdalam informasi tentang organisasi rahasia. Yang sekarang ini bukan lagi organisasi rahasia, tapi organisasi yang mencoba menunjukkan dirinya sebagai penguasa dunia industri hiburan di seluruh dunia.”
Naul menyalakan laptopnya, kemudian mencari data yang di simpan dalam folder yang terkunci. Sengaja ia lakukan agar tak sembarang orang membuka folder itu. Baen menganggapnya terlalu berlebihan. Naul terlalu merasa dirinya paling tau tentang organisasi itu dan berlagak layaknya anggota penyelidik organisasi rahasia.
“Baen, asal kau tau. Aku berhasil membongkar informasi dari…” ucap Naul, kemudian dia berhenti berbicara, matanya terbelalak melihat sesuatu dari layar laptopnya.
“Informasi dari…?” tanya Baen dengan mata yang masih fokus pada layar komputer.
Suasana menjadi hening. Naul masih terbelalak tak percaya bahwa ia melihat sesuatu yang ia tidak ingin lihat. Laptopnya tersambung langsung pada wifi di rumah Baen. Naul tak sengaja mengklik recording0vid yang terhubung langsung pada kamera di kamarnya. Naul melihat sesuatu yang akan membahayakan dirinya. Namun, sekarang ini membahayakan rumah tempatnya tinggal.
“Baen…” ucap Naul tergagap. Naul menelan ludah. Tangan di atas keyboard laptopnya bergetar hebat. “Baen!” teriak Naul histeris.
Baen terperanjat kaget dan menatap Naul terheran, “kenapa? Ada apa?” tanya Baen yang melihat Naul bergelagat aneh.
“Ini gila!” Naul menggelengkan kepalanya. Jemari tangan Naul yang masih bergetar mencoba mengetik sesuatu. “Baen, ini benar-benar gila!”
Ekspresi wajah Naul begitu campur aduk, antara ingin marah dan ingin menangis sekaligus. Baen yang terheran beranjak dari tempat duduk dan berdiri di sisi kursi Naul.
“Mereka? Siapa?” Baen ikut membelalakkan mata. Ia tak mengira bahwa apa yang ia lihat merupakan kejadian ternyata gila.
Segerombolan pria berpakaian serba hitam menghancurkan barang-barang di kamar Naul. Mereka tak menyadari bahwa kelakukan mereka direkam oleh kamera tersembunyi. Terlihat seorang pria yang tidak ikut menghancurkan barang, ia memerintah siapapun. Semua barang Naul hancur. Tak ada yang tersisa. Semuanya berantakan, seperti kapal pecah.
“Naul! Kau harus segera pulang atau bibi dan paman akan terkena bahaya juga. Naul! Segeralah pergi! Aku akan panggil polisi! Aku akan menelpon polisi!” Baen meraih telepon dari sisi mejanya dan menekan angka 777.
Belum sempat Baen menekan angka tujuh terakhir. Naul meraih telpon. Baen terheran dan menatap Naul. Wajah Naul hendak memuntahkan tawanya.
“Hahahaha!” Naul tertawa lebar, memegangi perutnya.
Baen terheran, “ke-kenapa? Kenapa tertawa? Jika tidak segera menelpon polisi, akan lebih buruk kan?” Baen masih kebingungan.
Naul berhenti tertawa, air matanya keluar karena terlalu kencang tertawa. “Ya ampun, kau ini Baen. Terlalu jenuh membuat animasi?” tanya Naul lalu menghapus air matanya.
“Apa maksudmu?” ucap Baen tidak mengerti.
“Lihat! Ini hanya animasi!” Naul membalikkan laptopnya dan mengarahkannya tepat di depan wajah Baen.
Baen mengernyitkan dahi. Bagaimana mungkin ia tidak sadar? Video tadi hanya animasi! Bukan kejadian asli! Baen benar-benar tertipu.
Baen mendengus marah, “tidak lucu!” Baen kembali duduk ketempatnya dengan kesal. Mengarahkan kursornya namun suara tawa Naul begitu mengganggunya.
“Lagipula, kau serius sekali. Jadi membuatku ingin menjahilimu, Baen. Tak ku sangka, animasi buatan temanku ini berhasil menipumu,”
Baen memilih diam, ia tau bahwa ia di tipu dan Baen tidak suka itu. Ia tengah serius sekarang. Mengerjakan projectnya.
“Sudahlah, jangan marah begitu. Nih aku berikan hadiah,” Naul meletakkan sebuah topeng. Topeng itu bukanlah topeng biasa. Topeng limited edition yang hanya di jual di luar negeri. Hanya ada 3 di dunia.
“Eh! Topeng Jawz! Dapat dari mana?” Bean yang sebelumnya tidak melirik akhirnya berhasil teralihkan oleh topeng Jawz, topeng yang ia idamkan untuk dimiliki.
“Aku menemukannya, di dalam kamarku. Entahlah, mungkin itu hadiah dari ayah,” Naul mengangkat bahu. “Aku tidak terlalu menyukainya, untukmu saja Baen.”
“Terima kasih!” ucap Baen bersemangat.
Setelah lama bermain di rumah Baen, Naul pamit pulang karena ia harus segera menyelesaikan tugasnya juga.
“Aku akan datang lagi besok,” pamit Naul sambil memakai sepatu olahraganya.
Baen mengangguk, “jangan lagi terpengaruh oleh organisasi rahasia. Rasanya masih banyak yang harus kamu kerjakan sebagai seorang mahasiswa.”
Naul tersenyum tipis, “ya, memang masih banyak yang harus dikerjakan. Sampai jumpa!” Naul melangkah pergi.
Baen kembali masuk ke kamarnya. Ia memandangi topeng Jawz yang berkilauan terkena sinar lampu kamarnya. Baen merasa bangga memilikinya, meski ia tidak membelinya.
****************
Handphone Naul bergetar di saku celananya. Sebuah pesan masuk.
Target!, begitu isinya.
Naul tersenyum dan segera menjawab,
Cuci otak adalah hal yang mudah. Aku mulai mendekatinya. Target akan semakin tunduk!, balas Naul.
Naul tersenyum, senyum licik. Lalu berjalan melangkah, bukan menuju rumahnya. Tapi sebuah markas.
******************
Naul tak tau dirinya bisa kalah dari gerombolan pria berbaju hitam. Naul disekap, di rumahnya sendiri, tepat sepulang sekolah. Ia tak tau harus bagaimana. Naul ingin sekali membunuh pria kecil yang dibuat terlihat mirip dengannya. Ia tau, akan ada yang mencuri identitasnya. Naul harus segera bebas atau seluruh penduduk kota akan mulai dihancurkan. Naul asli harus bebas!
=======================================
Terinspirasi dari sebuah drama yang menurut saya memiliki “hal misterius”. Ada ikatan antara suatu drama dengan drama lainnya. Adapula film yang memiliki pola yang sama dan kesamaan ciri…
Jika teliti. Pasti akan ketemu persamaannya, terutama kode tersembunyinya. 🙂
*yah begitulah*
26 September 2015/Sabtu
7:39pm
@ rumah